Rabu, 24 Desember 2008
Bandung, TELKOM-FIKS
Turnamen Tenis Yunior Nasional TELKOM-FIKS 2008 yang mempertandingkan KU 12, 14, dan 16 yang penyelenggaraannya dilaksanakan di Bandung sudah memasuki hari ketiga. Dari dua hari penyelenggaraan secara teknis tidak ada masalah jikapun ada masalah yang muncul hal ini diluar kemampuan panitia yakni faktor cuaca. Akan tetapi masalah ini bisa segera diantisipasi oleh panitia dengan memaksimalkan setiap lapangan indoor yang ada di Bandung. ”Hari ini kita coba optimalkan lapangan indoor yang ada di Bandung, walaupun dengan risiko muncul biaya tambahan, tapi bagi panitia ini adalah bentuk pelayanan terbaik yang ingin diberikan buat peserta” ujar Ketua panitia kejuaraan, Gandjar Nugraha.
Turnamen yang telah menjadi calendar of event PB Pelti ini diselenggarakan sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas atlet tenis yunior di tanah air sekaligus sebagai ajang evaluasi terhadap pembinaan yang selama ini dilakukan. Tahun ini penyelenggara mengusung tema kejujuran.
”Sebagai salah satu upaya untuk melatih kejujuran, kami harus menerapkan aturan, salah satunya dengan melakukan verifikasi tahun kelahiran peserta sehingga setiap calon peserta wajib menyertakan akte kelahiran atau rapor atau KTA Pelti pada saat sign-in,” ujar Referee TELKOM-FIKS 2008, Yayan Rubaeni.
Tidak hanya peserta, penyelenggara pun harus mengikuti aturan yang berlaku. ”Setiap calon peserta yang tidak dapat menunjukkan bukti untuk verifikasi tahun kelahiran, maka ia tidak dapat mengikuti turnamen ini,” tambah Yayan.
Pihak penyelenggara pun mendukung langkah tersebut. Ada beberapa peserta yang batal mengikuti turnamen ini karena tidak dapat menunjukkan akte kelahiran atau rapor. ”Sebagai penyelenggara hitungannya kami rugi jika peserta berkurang. Tapi sebagai sarana melatih kejujuran kami harus konsekuen menerapkan itu. Bahkan hingga ada yang didiskualifikasi karena pelanggaran usia,” kata Ketua Panitia TELKOM-FIKS 2008, Gandjar Nugraha.
Gandjar menambahkan diskualifikasi yang dilakukan semata-mata ingin mendidik pemain muda ini untuk bersikap jujur ”dengan sangat terpaksa kami lakukan diskualifikasi karena yang bersangkutan kita anggap sudah bersikap tidak jujur dengan memasukan dokumen yang berbeda”, ucap Gandjar.
”Pelanggaran usia atau apapun yang bersifat kecurangan, hal itu merupakan suatu bentuk pencederaan atas kejujuran, sportifitas, dan nilai-nilai yang notabene harus ditanamkan dan dilatih sejak dini kepada atlit-atlit junior,” kata Asisten Referee TELKOM-FIKS 2008, Eko Supriatna. Hal itulah yang sangat ditekankan oleh Turnamen Tenis Yunior Nasional TELKOM-FIKS 2008 ini.
”Untuk kasus pelanggaran usia hingga diambil tindakan diskualifikasi, penyelenggara hanya melaksanakan surat pernyataan yang telah dibuat oleh yang bersangkutan sebagai tindak lanjut protes dari orang tua pemain pada turnamen yang sama di tahun 2006 lalu,” kata Sekretaris TELKOM-FIKS 2008, Sardjono. ”Sebagaimana disanggupi oleh yang bersangkutan pada surat pernyataannya dua tahun yang lalu, sanksi tersebut dijatuhkan karena ditemukan ketidakcocokan data dalam akte kelahiran yang bersangkutan yang dilampirkannya pada tahun 2006 lalu dan akte kelahirannya ketika mendaftar di tahun 2008 ini,” tambah Sardjono.
”Diharapkan turnamen ini dapat menjadi pelajaran bagi yang bersangkutan dan seluruh atlit tenis lainnya agar lebih menjunjung tinggi nilai-nilai dalam olah raga sejak usia dini,” ujar Bendahara TELKOM-FIKS 2008, Istiono.
Untuk menerapkan kejujuran, penyelenggara berharap agar kasus-kasus seperti ini tidak berhenti sampai sanksi dari turnamen saja. Sebagai upayanya, penyelenggara akan meneruskan hal ini kepada PB Pelti untuk ditindaklanjuti lebih lanjut sehingga dapat menimbulkan efek jera bagi yang melakukannya dan semua pihak yang turut andil dalam melakukan pembinaan olah raga tenis di tanah air dapat menerapkan kejujuran sebagai salah satu esensi sportifitas. Semoga. (TF)
No comments:
Post a Comment