Ada dua hal baru dalam Kejuaraan Tenis Yunior Nasional Kelompok Umur Telkom-FIKS Flexi Open, 22-27 Desember 2008 ini, memasuki tahun ke-15. Turnamen yang biasanya diberi nama FIKS-Telkom berubah menjadi Telkom-FIKS. Selain itu, tidak ada wasit dalam babak penyisihan kelompok 14 dan 16 tahun.
Bermain tanpa wasit merupakan tantangan berat bagi para petenis yunior itu. Secara teknis, mereka perlu bekerja ekstra karena harus melakukan bagian yang biasanya dilakukan wasit. Namun, secara moral, tidak adanya wasit membuka peluang bagi petenis mencari keuntungan terkait poin pertandingan.
Sesungguhnya kejuaraan tanpa wasit tidak sepenuhnya baru. Setidaknya ini sudah diterapkan dalam pertandingan tenis Sabtu-Minggu (persami) yang rutin digelar pegiat tenis Ferry Raturandang.
"Namun, untuk kegiatan yang masuk kalender Pelti, Telkom-FIKS menjadi kejuaraan pertama yang tak menggunakan wasit," ujar sekretaris panitia Sardjono.
Di kelompok umur (KU) 12 tahun, wasit masih digunakan. "Di KU ini banyak anak-anak yang baru belajar tenis. Kalau harus ikut menghitung poin, bisa-bisa mereka malah bingung," kata Sardjono.
Dari segi kepanitiaan, pengurangan penggunaan wasit tidak berpengaruh signifikan pada penghematan dana. Sebab, pertandingan di KU lain masih menggunakan wasit.
"Selain itu, pada babak penyisihan KU 12 dan 14 tahun, kami menyediakan pengawas pertandingan. Jadi, tanpa wasit itu murni untuk tujuan melatih kejujuran. Jika di berbagai sekolah digalakkan kantin kejujuran, kami ikut bergerak melatih kejujuran dari olahraga," ujar Sardjono.
Bentuk karakter
Panitia lain, Istiyono, mengatakan, melatih kejujuran di lapangan tenis merupakan salah satu upaya untuk membentuk karakter anak di kemudian hari. "Dari sekian anak-anak yang ikut kejuaraan ini, paling hanya beberapa saja yang terus aktif di bidang tenis. Selebihnya akan menggeluti berbagai bidang yang apapun itu akan membutuhkan kejujuran," kata Istiyono.
Toh, tujuan mulia belum tentu populer dan mendapat dukungan. Apalagi, belum lazimnya turnamen tanpa wasit akan membuat panitia khawatir. "Tanpa wasit, kami khawatir para orangtua enggan melibatkan anaknya. Tapi, kekhawatiran kami tidak terjadi. Peserta lebih dari 300," kata Istiyono.
Seperti juga cabang olahraga lainnya, pembinaan tenis tidak lepas dari beberapa kasus kecurangan. Kasus yang paling banyak terjadi adalah pencurian umur. Meski tampak tidak berhubungan langsung, pertandingan tanpa wasit menjadi salah satu upaya mengikis berbagai kecurangan dalam pertandingan. Ini memang langkah yang sangat kecil. Namun, bukankah peribahasa menyatakan, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit? (LIS DHANIATI)
No comments:
Post a Comment